--> Mengenal Emosi dan Teori Emosi - Temani Indonesia

Antalogi Merangkul Hati

A ntologi Merangkul Hati adalah kumpulan cerita dari para member Temani Indonesia tentang pengalaman mereka mengenali dan mengelola emosi. Lewat cerita yang dituliskan ini harapannya para pembaca bis…

Mengenal Emosi dan Teori Emosi


Saya merasa marah.
Saya merasa tidak berdaya.
Saya merasa buruk.
Saya merasa benci.
Saya merasa tidak mampu.
Saya merasa jatuh cinta.

 

teori emosi
Oleh : Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog

Setiap hari kita banyak menggunakan kata “rasa” sebagai ungkapan atas diri kita. Namun, tidak semua memang menggambarkan tentang emosi. Seringkali juga saat membahas emosi kita hanya mengaitkannya dengan kemarahan.

Dengan demikian melabeli orang-orang yang mudah marah sebagai seseorang yang “emosian.” Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan emosi itu?
Bagaimana kita bisa tahu yang sedang terjadi dalam diri kita adalah emosi, bukan yang lain?

Sebelum lebih lanjut mengenal tentang emosi, ada baiknya kita memahami.

ilmu psikologi

Dalam psikologi, ada tiga hal yang dibahas, yaitu pikiran (kognitif), emosi (afektif/konatif), dan perilaku. Ketiganya adalah pembahasan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketika satu bermasalah, bisa jadi yang lain juga bermasalah.

Contohnya, saat kita berpikir buruk tentang orang lain, maka ada emosi benci yang muncul. Akibatnya, ditunjukkan dalam bentuk perilaku yang tampak, seperti memasang tampang yang tidak suka, berkata buruk tentang orang tersebut, maupun menghindari atau menunjukkan sikap bermusuhan.

Bagaimanapun emosi adalah sesuatu yang tidak tampak dari luar, tetapi bisa kita kenali dari tanda-tanda yang muncul lewat perilaku maupun tanda-tanda fisik tubuh kita.

Sesuatu yang tidak terlihat ini hanya bisa dikenali oleh diri sendiri, bukan orang lain. Sayangnya, beberapa di antara kita lemah dalam mengenali dan memahami emosi, yang berujung pada pengekspresian emosi yang salah.

Oleh karena itu, sebelum kita lebih lanjut lagi, sebenarnya apa yang dimaksud dengan emosi?

Teori-teori Awal Mengenai Emosi

Pembahasan mengenai emosi sudah berlangsung sejak lama. Namun, satu hal yang butuh dipahami emosi hadir sebagai bagian yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan kita.

pengertian emosi

Emosi adalah bagian dari anugerah Tuhan yang diberikan agar kita mampu mengenali kondisi lingkungan, kemudian merespon sesuai dengan situasi tersebut. Coba bayangkan, tanpa adanya emosi apa yang akan terjadi pada diri kita? Ataukah di antara kita memang ada orang yang sama sekali tidak memiliki emosi?

Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan oleh Lazarus (1991 dalam Gross, 2002) emosi adalah respon yang muncul terhadap masalah-masalah adaptif dalam kehidupan kita. Artinya, emosi itu harus ada sebagai bentuk kita memahami lingkungan, kemudian menyelesaikan masalah yang muncul dari lingkungan.

Pertanyaannya, apakah perilaku kita muncul karena emosi itu atau sebaliknya perilakulah yang membuat emosi itu muncul? Ada dua teori awal tentang emosi yang membahas perbedaan kedua hal ini, yaitu teori James-Lange dan teori Cannon-Bard.

teori emosi menurut lazarus

Menurut teori James-Lange saat melihat stimulus eksternal, tubuh akan menunjukkan reaksi fisiologis. Emosi adalah bentuk interpretasi kita terhadap reaksi-reaksi fisik tersebut.

Sebagai contoh, saat kita melihat anjing di tengah jalan, maka seketika kita gemetar, detak jantung berdetak cepat, dan muncul keringat dingin. Berdasarkan teori ini kita merasa takut karena munculnya reaksi-reaksi tubuh di atas.

Sederhananya dalam teori ini munculnya reaksi fisiologis bukanlah karena kita takut. Sebaliknya, reaksi fisiologis itulah yang membuat kita menerjemahkan kalau diri sedang takut.

Sebaliknya, Cannon di tahun 1920-an beranggapan respon emosional terjadi lebih cepat dibanding kondisi fisik kita. Dengan demikian, ketika berhadapan dengan bahaya, emosi akan muncul terlebih dahulu sebelum kita mengalami gejala-gejala fisik yang berkaitan dengan emosi tersebut.

Studi ini dikembangkan oleh Bard di tahun 1930-an. Dengan demikian, menurut teori Cannon-Bard emosi yang kita rasakan dan reaksi fisik yang muncul terjadi secara bersamaan.

Jadi, menurut teori ini, pengalaman fisiologis dan psikologis dari emosi terjadi di saat bersamaan, bukan menjadi penyebab satu sama lain. Sebab, otak memproses sebuah kejadian di saat bersamaan, yaitu memicu munculnya reaksi fisiologis maupun memicu pengalaman emosional pada diri seseorang.

Selanjutnya, teori mengenai emosi berkembang dengan menggunakan pendekatan teori kognitif. Salah satunya adalah teori yang diungkapkan oleh Schachter-Singer bahwa emosi memiliki dua komponen penting, yaitu munculnya reaksi fisik dan penamaan secara kognitif. Teori ini menggabungkan pemahaman dari kedua teori di atas.

emosi menurut cannon bard

Pada dasarnya ketika melihat suatu objek atau stimulus, reaksi fisik itu akan muncul, tetapi di saat bersamaan kognitif atau kemampuan menamai reaksi fisik itu sebagai apa. Di sini, peran situasi dari munculnya reaksi fisik itu menentukan emosi apa yang dirasakan.

Sebagai contoh, apabila kita sedang masuk ke hutan yang gelap, tiba-tiba bertemu dengan sosok beruang besar, akan muncul reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat, keringat dingin, dan nafas yang cepat.

Munculnya reaksi fisik ini dikenali kognitif sebagai bentuk rasa takut mengingat lingkungan tempat munculnya beruang itu adalah hutan yang gelap. Dengan demikian, kita akan merasa ketakutan atau mengalami emosi takut.

Sebaliknya, ketika beruang yang sama kita jumpai di arena sirkus, tentu bukan emosi takut yang muncul. Reaksi fisik yang muncul mungkin akan mirip dengan sebelumnya, tetapi adanya pemaknaan bahwa lingkungan lebih bersahabat dan memberikan rasa aman, tentunya emosi yang muncul bukanlah takut. Bisa jadi emosi yang hadir adalah rasa gembira atau senang.

Emosi Sebagai Bagian Personal Individu

Dengan banyaknya teori mengenai emosi, tentu pembahasan emosi ini akan terus-menerus berkembangan. Namun, secara garis besar emosi digambarkan sebagai kondisi psikologis kompleks yang melibatkan tiga komponen: pengalaman subjektif, respon fisiologis, dan respon perilaku atau ekspresi. (Hockenbury & Hockenbury, 2007)

emosi menurut ahli

Artinya emosi itu pada akhirnya bergantung pada penilaian individu masing-masing, meskipun respon fisiologis yang muncul sama. Pengalaman subjektif ini juga yang membuat respon perilaku atau ekspresi yang terkait emosi itu akan berbeda-beda.

Sebagai gambaran, saat melihat kucing mengeong di jalanan, ada orang yang akan langsung mendekat dan menunjukkan rasa cintanya kepada sang kucing. Berusaha melindungi kucing tersebut jika memang mengalami bahaya.

Akan tetapi, ada juga yang bersikap cuek karena memang tidak memiliki pemaknaan tertentu dari situasi tersebut. Sebaliknya, ada juga yang merasa terganggu karena pengalamannya dengan kucing tidaklah menyenangkan.

Dalam situasi lain, mungkin kita menganggap tangisan anak sebagai sesuatu yang mengganggu, sehingga emosi yang dimunculkan adalah marah. Namun, ternyata ada juga para ibu yang tidak merasa terganggu dengan semua itu, alih-alih marah, malah bisa menenangkan anaknya dengan baik.

Penilaian subjektif berkaitan dengan kognitif kita. Bagaimana kita memahami situasi yang dihadapi berdasarkan situasi objektif maupun pengalaman yang kita miliki.

Pengalaman itu berkaitan dengan ingatan-ingatan yang sudah ada terkait situasi tertentu. Karena setiap orang memiliki pengalaman berbeda, inilah yang membedakan reaksinya, membedakan emosi yang muncul.

Emosi adalah bagian penting yang diciptakan Tuhan agar kita mampu mengenali situasi. Sebagai bentuk respon dasar yang membuat kita mampu bertahan hidup. Layaknya hewan yang juga memiliki emosi sebagai insting untuk bertahan hidup, manusia juga demikian.

pentingnya mengelola emosi

Namun, yang berbeda adalah bagaimana kita mengelola emosi itu agar menjadi sejalan dengan lingkungan bermasyarakat.

Bukan berarti kita bisa mengekspresikan emosi sesuka hati sesuai yang kita rasakan saat itu. Kita memang diperkenankan untuk merasakan emosi tertentu, tetapi ada aturan-aturan yang membuat kita hendaknya mengekspresikannya dengan cara yang baik.

Ada situasi yang membutuhkan pengelolaan emosi lebih lanjut agar emosi itu bisa disalurkan dengan cara yang tepat. Agar emosi yang dirasakan tidak merusak diri maupun hubungan dengan orang lain.


Referensi :
Gross, J. J. 2002. Emotion regulation: Affective, cognitive, and social consequences. Psychophysiology, 39, 281-291. DOI: 10.1017.S0048577201393198

Cherry, K. 2020, 29 Juni. “Overview of the 6 Major Theories of Emotion.” Diakses dari https://www.verywellmind.com/theories-of-emotion-2795717 pada tanggal 10 November pukul 03.15.

Cherry, K. 2021, 23 Agustus. “Emotions and Types of Emotional Responses: The 3 Key Elements That Make Up Emotion.” Diakses dari https://www.verywellmind.com/what-are-emotions-2795178 pada tanggal 10 November pukul 03.10.
Temani Indonesia
Temani Indonesia adalah situs sebuah komunitas yang lahir karena permasalahan psikologis Wanita Indonesia dalam kesehariannya.

Related Posts

3 komentar

maulidya mengatakan…
masya Allah lengkap banget, makasih temani indonesia
Unknown mengatakan…
Terimakasih postingannya, perlu belajar dan belajar lagi buat mengelola emosi 😥
Unknown mengatakan…
Terimakasih postingannya, perlu belajar dan belajar lagi buat mengelola emosi😥
Subscribe Our Newsletter